Kaos Dakwah – Sudah mendoakan untuk Palestina hari ini? Baiknya doa yang dikirim ke langit untuk Palestina itu meluas, bukan hanya doa untuk Gaza. Sebab Palestina bukan hanya sekadar cerita tentang Gaza yang terkucil, terpenjara dalam blokade total Israel. Palestina pun termasuk cerita dari wilayah Timur Yerusalem, wilayah yang lebih dikenal sebagai West Bank, atau Tepi Barat dalam Bahasa Indonesia.
Kaos Distro – Save Al Aqsha Palestine
Palestina yang terjajah itu meliputi Kompleks Tua Al Quds, kompleks suci yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsa, masjid yang menjadi kiblat pertama Muslim di dunia. Masjid urutan ketiga paling penting bagi miliaran Muslim di kolong langit.
Kini, Gaza dan Tepi Barat membagi cerita yang sama tentang sebuah peradaban bangsa Palestina, bangsa yang sekian dekade terjajah. Hidup dalam okupasi, tak lekang oleh kesulitan dan kekalutan dipenjara Zionis Israel. Hari-hari di Gaza dan Tepi Barat bisa jadi hampir serupa, nelangsa melekat di tiap pintu rumah-rumah.
Tapi, satu hal yang perlu diketahui, bahwa di hati dan benak jutaan warga Palestina, baik itu yang bermukim di Gaza maupun Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa adalah kunci. Walau hidup dalam penjajahan sekian puluh tahun berlangsung, Masjid Al-Aqsa tetap menjadi jantung yang harus selalu dijaga.
Teriakan mereka senada: “Birruh Biddam Nabdika ya Aqsa!” Dengan ruh, dengan darah, kami bela kau ya Al-Aqsa!.
Al-Aqsa menjadi titik sentral, jantungnya bangsa Palestina. Bukan hanya menjadi mimbar Jumat dan tempat bermunajat paling disucikan, Al-Aqsa adalah titik pusat dari kehidupan sosial Bangsa Palestina, sentral budaya dan politik Palestina selama berabad silam.
Tahun ini tepat 50 tahun sejak tahun 1967 Israel mencaplok penguasaan wilayah Yerusalem Timur, termasuk mengontrol Al-Aqsa, menginvasi sepetak demi sepetak halaman rumah warga Palestina. Walau pencaplokan Israel atas Yerusalem Timur tak pernah diakui oleh komunitas internasional, tapi sepanjang 50 tahun berlangsung, hingga hari ini penjajahan itu masih berlangsung.
Gaza sudah dibungkam total. Pemukiman Palestina di Tepi Barat digeser sedikit demi sedikit menjadi semakin mengecil luasan wilayahnya. Sementara jantung Palestina, Kota Tua Al Quds dan Kompleks Al-Aqsa tak luput dikontrol ketat sepanjang hari.
Al-Aqsa adalah Sentral Peradaban Bangsa Palestina
Hikayat yang diyakini sepenuh hati Muslim seantero dunia, Al-Aqsa adalah titik pijak Rasulullah SAW sebelum dinaikkan oleh Allah menuju langit ke tujuh dalam Isra’ Mi’raj. Al-Aqsa atau Baitul Maqdis berada di posisi ketiga sebagai masjid paling utama setelah Masjidil Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Bahkan dalam sebuah kisah sahabat, Rasulullah SAW pernah berkata, Shalat di Masjid Nabawi lebih utama empat kali lipat dibanding shalat di Masjid Al-Aqsa. Tetapi Masjid Al-Aqsa adalah sebaik-baik tempat salat. Rasulullah berkata, seseorang yang memiliki tanah sekitar 2 meter, dari tanah itu dia melihat Baitul Maqdis, itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Bayangkan hanya karena melihat Al-Aqsa, Rasulullah berkata lebih baik dari segala kebaikan dunia.
Tetapi bagi Bangsa Palestina, Al-Aqsa punya arti lebih dari itu. Tidak sekadar tempat bersujud yang disucikan. Sekian abad sudah berselang, Al-Aqsa dan Kota Yerusalem bermakna dalam di hati tiap generasi Palestina.
Mungkin tak semua Muslim di dunia tahu bahwa di dalam kompleks Al-Aqsa juga bermukim keluarga-keluarga Palestina. Selain itu, di dalam kompleks Al-Aqsa juga terdapat dua buah sekolah untuk anak-anak Palestina. Juga sebuah museum sejarah perkembangan Islam di tanah Yerusalem.
Mengutip cerita dari Moussab Abbas, seorang warga Palestina yang bermukim di dalam Kompleks Kota Tua Al-Aqsa1, bagi dirinya dan keluarganya sebuah kebanggaan tersendiri bisa ikut menjaga Al-Aqsa sepanjang hari, menjaga dengan ruh dan darah.
“Banyak anak-anak Palestina belajar di sekolah Al-Aqsa. Bagi anak-anak itu pun, Al-Aqsa adalah tempat mereka untuk bermain. Jika kamu bertanya kepada orang Palestina di Yerusalem, Al-Aqsa pasti selalu terkenang dalam memori masa kecilnya,” kata Moussab.
Tiap kali Israel mencoba melanjutkan rencana besarnya mencaplok penuh Al-Aqsa, Bangsa Palestina tak pernah menyerah. Gemuruh mereka menggetarkan hati, Birruh Biddam Nabdika ya Aqsa! Dengan ruh, dengan darah, kami bela kau ya Al-Aqsa!
Moussab bercerita, bangsa Palestina punya sekelompok orang-orang hebat yang datang ke Yerusalem setiap hari, membela hak-hak Muslim Palestina atas Al-Aqsa. Mereka dikenal dengan sebutan “Mourabitoun” dan “Mourabitat” yang berarti “orang-orang yang setia”.
Kelompok ini, kata Moussab kebanyakan terdiri dari perempuan-perempuan Palestina. Mereka datang sepanjang hari ke kompleks Al-Aqsa. Tujuan mereka satu, menjaga status quo yang sudah dihormati sekian dekade, yang menyatakan bahwa hak beribadah penuh di Al-Aqsa dipegang oleh Muslim Palestina. Status quo tegas menyatakan non-Muslim diperbolehkan untuk datang, tapi tidak untuk berdoa di dalam kompleks suci Al-Aqsa.
“Ketika ada Yahudi datang memaksa untuk berdoa, Mourabitoun dan Mourabitat akan memprotes tanpa kekerasan. Mereka hanya berdiri dan berteriak sepenuh hati Birruh Biddam Nabdika ya Aqsa!” ujar Moussab.
Tapi, Israel jelas tak pernah suka dengan kehadiran sekelompok Mourabitoun dan Mourabitat ini. Moussab berkata, nyaris setiap hari perempuan-perempuan penjaga gerbang Al-Aqsa ini diusir paksa oleh Polisi Israel.
“Sepanjang hari pasti ada yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Mereka, Polisi Israel juga membuat peraturan semena-mena yang mencegah perempuan memasuki gerbang Al-Aqsa dalam rentang waktu satu minggu, sepuluh hari, atau bahkan satu bulan penuh,” ujar Moussab.
Insiden Jumat sepekan lalu, (14/7) ketika Al-Aqsa akhirnya ditutup total oleh Israel untuk pertama kalinya sejak 50 tahun terakhir, sebetulnya hanyalah kepingan kecil dari rencana besar Israel atas Al-Aqsa.
Jika Muslim dunia dalam hari-hari ke depan tak bereaksi keras mengecam Israel, maka Al-Aqsa, jantung suci Bangsa Palestina itu bakal makin sekarat. Tinggal menunggu waktu. []
Post A Comment:
0 comments: